Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

Pencatatan Stok Bahan dalam Sistem Informasi Restoran

Gambar
Sistem Informasi Restoran mempunyai proses produksi, berupa pengolahan bahan baku. Stok bahan baku yang dicatat, tidak semua bahan, cukuplah yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berdaya tahan yang lama.misal daging, beras, minyak, tepung dan lainnya. Stok bahan dicatat pada pembelian bahan, untuk mengetahui harga pokok/dasar penjualan produk masakan. Disamping itu untuk mencatat Kas, dan monitoring hutang piutang. Pada pencatatan stok bahan ini, bersifat mutasi DIOLAH, RUSAK, TAMBAHAN. Kecuali Tambahan (dari cabang lain) maka stok bahan pasti akan berkurang. Suatu resto, sudah bisa memperhitungkan omzet nya, dengan asumsi jumlah bahan baku utama sudah mempunyai harga beli yang sama. Dari asumsi inilah, owner restoran dapat memonitoring arus kasnya secara global.

Stok Dagang Negatif pada Sistem Informasi Restoran

Gambar
Sistem Informasi Restoran, hampir sama dengan sistem informasi usaha dagang retail lainnya. Perbedaan yang mendasar adalah, adanya ”barang” yang merupakan hasil olahan/proses produksi. Secara ideal, ada suatu modul pencatat hasil produksi tiap hari, akan tetapi melihat realita yang ada, adalah sangat tidak memungkinkan (sangat sibuk) untuk mencatatkan modul produksi yang menghasilkan jumlah ”barang” berupa menu resto. Atau menu masakan baru diproses (baca digoreng) dari daging/bahan lainnya ketika ada order tamu yang datang, sehingga jelas, jumlah stok di tabel stok akan selalu tertinggal (tidak update) Pada modul kasir, semua data barang dagangan, baik yang minuman, rokok, dan oleh-oleh serta menu resto tadi dapat di”panggil” untuk dilakukan penjualan. Validasi terkait dengan jumlah stok barang, akan selalu salah untuk barang kategori masakan. Sehingga perlu adanya, pencatatan barang dengan ”BISA NEGATIF”, pada data induk barang. Untuk data induk retail lainnya (minuman, rokok,